Jumat, 22 Mei 2009

Menag : Jangan Jadikan Agama Sebagai Beban

Denpasar,20/5(Pinmas)--Jika agama tidak menyentuh kebutuhan umat, maka agama itu berangsur-angsur dipinggirkan oleh umatnya sendiri, bahkan dianggap sebagai beban bukan sebagai knopi lagi bagi masyarakatnya.

Demikian penegasan Menteri Agama (Menag) Muhammad Maftuh Basyuni ketika membuka Temu Karya Ilmiah dan Lomba Keterampilan Akademik Perguruan Tinggi Hindu seluruh Indonesia di gedung Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar, Rabu malam.

Hadir dalam kesempatan itu Gubernur Bali Pastika, Made Mangku Pastika, Direktur Jenderal Bimas Hindu Prof. Dr. IB Yudha Triguna, para rektor dan pimpinan Perguruan Tinggi se-Bali. Sekitar 1.000 orang hadir dalam acara pembukaan tersebut yang dimeriahkan tarian dari umat Hindu Kalimantan Tengah (Kalteng) Kahariangan dan tari Barong dari Universitas Hindu Bali.

Sebelumnya Menag dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi kepada Dirjen Bimas Hindu dan seluruh jajarannya dan panitia penyelenggara atas pelaksanaan kegiatan ini, yang salah satunya diisi dengan memperebutkan piala bergilir Menteri Agama RI untuk pertama kalinya.

Ia berharap Temu Karya Ilmiah ini dapat menjadi wahana dalam meningkatkan kualitas dan prestasi dosen serta mahasiswa, sehingga mampu melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif bagi pengembangan Perguruan Tinggi Hindu, sesuai dengan konteksnya.

Pertimbangan kontekstual menjadi demikian penting dalam pengembangan dan aplikasi agama, karena jika agama tidak menyentuh kebutuhan umat, maka agama itu berangsur-angsur dipinggirkan oleh umatnya sendiri, katanya.

"Agama akan dianggap sebagai beban bagi masyarakat bukan sebagai knopi bagi masyarakatnya," katanya.

Itu sebabnya dalam setiap pembinaan agama perlu diperhatikan aspek kontekstual, terlebih lagi kondisi umat masing-masing agama terdiri atas berbagai latar belakang etnis dan kebudayaan yang beragam.

Melalui Temu Karya Ilmiah ini, ia juga berharap kepada para Pengelola Perguruan Tinggi termotivasi untuk memelihara semangat dan pengabdian dalam dunia Pendidikan. Regulasi mengenai pendidikan senantiasa digulirkan dengan target yang labih baik, ia menegaskan.

Akibatnya, setiap pengelola Perguruan Tinggi diharuskan untuk mengikuti regulasi yang ada, jika tidak ingin ketinggalan mutu pendidikannya. "Jadikan momentum ini sebagai sarana mengejar kemajuan dan prestasi," katanya mengimbau.

Sebab, kompetisi dalam arti pengembang ilmu dan wawasan pengetahuan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pengelolaan Perguruan Tinggi.

Ia menjelaskan, penjaminan mutu pendidikan merupakan suatu konsep dalam manajemen mutu pendidikan yang sedang dikembangkan. Dalam penerapannya, setiap lembaga pendidikan diarahkan agar memberi jaminan bahwa pelayanan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat dapat melebihi harapan.

Untuk menghindari disparitas mutu pendidikan lintas Perguruan Tinggi dan lintas daerah, menurut dia, para Pengelola Perguruan Tinggi harus mampu mengembangkan proses pembelajaran serta kurikulum yang komprehensif, sehingga Pendidikan Tinggi Hindu tidak hanya menghasilkan kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara harmonis.

Karena itu ia yakin "Temu Karya Ilmiah dan Lomba Keterampilan Akademik Perguruan Tinggi Hindu Seluruh Indonesia" ini mampu mensinergikan ketiga kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

Dengan demikian, Perguruan Tinggi Hindu dapat berperan sebagai pendorong pertumbuhan dan daya saing bangsa melalui pemanfaatan inovasi pengetahuan, teknologi dan seni, kata Maftuh Basyuni. (ant/ts)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar